TIMES BATAM, RIAU – Saya pikir, judul di atas adalah harapan dan dambaan seluruh masyarakat Riau, mulai dari pelosok pedesaan hingga perkotaan, penduduk asli (melayu) maupun para pendatang dan perantau yang tinggal dan berdomisili di Riau.
Pasti semuanya menginginkan Propinsi Riau yang kita cintai segenap jiwa dan raga agar terwujud Riau Emas di masa yang akan datang. Suatu harapan yangn sangat realistis dan membumi sebagai insan yang mendambakan kualitas hidup (quality of life) yang sebenarnya, di era modern masa kini.
Kenapa Riau Emas kembali digaungkan ke permukaan? Tentu ini berkelindan dengan keadaan semasa yang tidak seperti itu. Riau zaman sekarang, tidak berkilau indah yang menyejukkan pandangan orang yang melihatnya. Mungkin indah, tapi hanya bagi segelintir penduduknya.
Riau tidak memiliki daya pikat di hati mayoritas penduduk, seperti halnya emas yang bisa memikat kaum hawa untuk memilikinya. Daya pikatnya sekarang ini ternodai, dengan masih adanya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dan infrastruktur dasar yang belum lagi memadai (jalan, jembatan, listrik, dan air bersih), baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Jalan masih banyak yang belum diaspal atau semenisasi sebagai contoh.
Apalagi jika menukik kepada kualitas aspal/semen jalan. Begitu juga masih ada kawasan pedesaan yang belum lagi mendapatkan aliran listrik, atau listriknya yang kerap mati dan hidup. Termasuk juga penyediaan sarana air bersih seperti perusahaan daerah air minum (PDAM) yang belum lagi dapat untuk memberikan pelayanan yang merata dan berkeadilan bagi masyarakat.
Hanya segelintir penduduk yang mendapatkan layanan air bersih dari pemerintah. Dimana mayoritas kebutuhan air bersih masyarakat diurus masyarkat sendiri, baik melalui sumur pribadi atau dengan membelinya dalam bentuk air minum isi ulang (AMIU).
Termasuk juga fasilitas pembuangan sampah, yang masih banyak kekurangan, khususnya di daerah perkotaan. Belum lagi jika kita bahas persoalan sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta pelayanannya, yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat dewasa ini. Semuanya masih banyak yang menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah, di tingkat propinsi, kabupaten/kota, hingga pedesaan. Dan sederet permasalahan lainnya lagi yang tidak cukup ruang untuk dituliskan di sini.
Kesimpulannya, Riau belum lagi dalam era emas sebagaimana judul di atas. Mungkin masih dalam kategori medali perak, perunggu bahkan mungkin tidak layak dapat medali tersebut bagi sebahagia masyarakat yang hidupnya di bawah garis kemiskinan. Artinya kemajuan Riau yang sudah dicapai berbanding 10 tahun lalu atau 50 tahun lalu belum lagi dapat dinikmati secara berkeadilan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kejayaan dan kemajuan Riau, hanya dinikmati oleh segelintir penduduk. Itulah yang dikenal juga dengan istilah pertumbuhan yang tidak berkualitas. Atau ada juga yang menyebutnya sebagai pertumbuhan tanpa pembangunan, yang sempat viral belakangan ini.
Oleh karena itu Riau Emas adalah harapan yang senantiasa menggayut dihati masyarakat Riau, dan tetap optimis untuk diraih di masa depan. Jika tidak sekarang, mudah-mudahan anak cucu ke depan dapat untuk merasakannya. Seterusnya, apa indikator Riau Emas yang digaungkan tersebut?
Menurut hemat penulis, secara garis besar dapat dirangkum dalam tiga kata yang senantiasa melekat dihati dan jiwa orang Melayu, yaitu motto; cemerlang, gemilang dan terbilang. Atau dengan bahasa lain adalah Riau yang maju, menarik dan berdaya saing.
Cemerlang
Kata lain dari cemerlang adalah unggul (excellent), yang menggambarkan keadaan sesuatu yang telah mencapai puncak kejayaan/kesuksesan, baik dari aspek ekonomi, sosial-budaya, politik, ekologi/lingkungan dan yang lainnya. Jika di perguruan tinggi (PT) atau sekolah formal, mulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) ada istilah akreditasi untuk mengukur prestasi sesuatu institusi perguruan tinggi atau sekolah, dimana prestasi tertinggi adalah dinilai sebagai kategori yang unggul (atau dikenal juga dengan Akreditasi A), dan dibawahnya adalah akreditasi baik sekali (B) dan akreditasi baik (C).
Jika kita analogikan untuk prestasi yang diharapkan untuk Riau masa depan adalah masuk dalam kategori cemerlang atau unggul, yang diukur secara komposit dari berbagai aspek dan sendi pembangunan, yang meliputi aspek ekonomi, sosial-budaya, ekologi (lingkungan), dan boleh juga ditambahkan dalam konteks Bumi Melayu Lancang Kuning adalah aspek keagamaan (religius dan spritual).
Melihat kondisi terkini yang ada di Riau, prestasi pembangunan Riau masih belum lagi mencapai tahap unggul, hal ini didasari dengan masih wujudnya berbagai permasalahan di dalam berbagai aspek/dimensi pembangunan, baik dari sisi kuantitas ataupun kualitasnya.
Kemajuan yang dicapai propinsi Riau belum lagi dapat menghantarkan ke jenjang unggul sebagaimana yang kita dambakan. Atau dalam bahasa lainnya, Riau Emas belum lagi dapat diwujudkan dalam pengertian yang hakiki.
Gemilang
Seperti halnya, cemerlang, pengertian gemilang juga bermakna menunjukkan suatu pencapaian yang sangat baik/tinggi di dalam menilai sesuatu, khususnya dalam prestasi pembangunan negara, wilayah hingga kota dan desa. Seperti ungkapan yang biasa kita dengar, bahwa Indonesia dahulunya pernah mengalami kegemilangan ketika zaman Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, dengan daerah kekuasan yang luas, tidak hanya di Indonesia namun hingga ke Malaysia, Brunei, Philipina hingga Thailand bagian Selatan.
Kerajaan Majapahit sebagai contoh, disebutkan telah mencapai masa kegemilangan ketika dibawah kendali Raja Hayam Wuruk dan patih Gadjah Mada yang sangat terkenal seperti dituliskan di dalam buku sejarah dan diakui secara luas di dunia internasional.
Ungkapan ini juga kerap kali digunakan ketika suatu pemerintahan atau kerajaan yang bisa bertahan lama dan daerah kekuasaan yang luas, disegani lawan dan kawan, serta selalu memenangkan pertempuran di medan perang. Seperti sejarah zaman kegemilangan Islam ketika bisa menaklukkan emperium raksasa ketika itu (Persia dan Romawi), dan berlanjut hingga zaman kekhalifahan Abu Bakar Sidiq hingga Ali bin Abi Thalib. Dan berlanjut hingga daulah Umayyah dan Abassyiyah. Yang kesemuanya dicatat sebagai zaman kegemilangan Islam dan umat Islam di dunia, yang berlangsung lebih 1200 tahun, sebelum akhirnya direbut oleh Barat hingga kini.
Dalam konteks ini, kita mengharapkan Riau yang mencapai masa kegemilangan di masa yang akan datang, dalam seluruh aspek pembangunan. Kegemilangan dalam arti yang hakiki, baik secara material maupun spritual.
Terbilang
Ini bermakna bahwa sesuatu keadaan yang diperhitungkan orang, karena prestasi yang diraihnya di dalam sesuatu perkara, seperti dalam konteks pembangunan negara, wilayah, kabupaten/kota atau desa. Dengan kata lain, sesuatu pencapaian yang dapat dibanggakan dan diperhitungkan oleh pihak lain, baik kawan maupun lawan.
Artinya sesuatu negara, propinsi, kabupaten/kota atau desa yang memiliki daya saing yang tinggi di dalam arus globalisasi yang sedang berlangsung hingga kini. Baik daya saing ekonomi, sosial-budaya, ekologi (lingkungan), maupun dalam bidang keagamaan (spritual).
Dalam konteks pembangunan di tingkat propinsi di Tanah Air, Riau dapat bersaing dengan propinsi lainnya di Indonesia. Kalau boleh mencapai prestasi yang terdepan atau berada dalam posisi yang unggul. Jika melihat keadaan eksisting, prestasi Riau secara keseluruhan rasanya belum lagi mencapai kategori unggul, dengan kekurangan/kelemahan di berbagai aspek pembangunan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Sehubungan dengan itu, kita berharap Riau Emas dapat untuk diwujudkan, sehingga menjadi propinsi yang diperhitungkan di pentas arena pembangunan negara. Bahkan kalau boleh bisa bersaing di peringkat global dan bersanding dengan propinsi lain yang ada di Asia Tenggara, bahkan dunia. Kapan keadaan ini akan dapat diwujudkan? Semoga dalam waktu yang terdekat.
***
*) Oleh : Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env, Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Riau Emas
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |